Breaking News

Laila Lubis : Tulislah Karya Terbaik



Hari itu kutemui dirinya lewat video call, dikarenakan masih di tengah pandemi dan dijalankannya kuliah online kami tidak bisa bertemu secara langsung.  Dan sambil melepas rindu, dengan tersenyum  dia menjawab salam dariku dan kami pun berbincang ria. 

Tekat, ya itulah panggilanku untuknya. Kependekan dari ‘teman dekat’ dan dia memang mempunyai tekat yang kuat. Sejak semester tiga di bangku kuliah kami sekelas dan berteman. Awalnya ia orang yang sulit didekati, menurutku. Tetapi seiring berjalannya waktu aku sadar Tekat adalah teman yang bisa menjadi tempat bercerita, diskusi atau tempatku bertanya, bahkan curhat.

Nama aslinya sendiri yaitu Siti Nurlaila Lubis. Perempuan berdarah campuran Batak-Minang ini berasal dari Payakumbuh salah satu kota di Sumbar. 

Sejak MTs, Laila sudah terjun di dunia penulisan. Berawal dari kebingungannya memilih ekskul apa, akhirnya dia bertemu dengan ekskul ‘Jurnalistik’. Sebuah ekskul yang masih asing bagi dirinya. Namun dari situ ia belajar semua hal tentang menulis.

Setelah masuk di ekskul Jurnalistik, salah satu guru yang mengajar memberikan pengumuman bahwa siapa yang berhasil lolos tulisannya dimuat di koran maka akan diapresiasi. Dengan excited dia menerima ajakan guru tersebut. Laila pun mengirim dua tulisan. Pertama, tulisan tentang kota Solok, dan yang kedua tulisan Senandung di Atas Awan. Akhirnya tulisan yang kedua lolos. 

Dengan perasaan bahagia ia mendapatkan cokelat silverqueen dari sang guru. Kemudian pengalaman pertamanya mendapatkan honor sebesar 10.000 rupiah. 
Di MTs dia banyak belajar tentang dunia tulis menulis, telah banyak pula pengalaman yang didapatkan, mulai dari tulisan yang ditolak, tulisan yang harus direvisi. Semua itu masih membekas dalam ingatannya.

Selanjutnya perempuan yang suka memasak ini, meneruskan pendidikannya ke SMA. Sempat vakum beberapa waktu dikarenakan tidak ada ekskul yang sejalan dengan dunia penulisan. Namun ia tetap produktif menulis dan mengirimkannya ke koran Singgalang.

Hingga suatu hari guru di sekolahnya mengutus Laila untuk mengikuti lomba menulis tingkat kota di perpustakaan di wilayah Payakumbuh. Dengan niat yang sungguh-sungguh ia pun mengikuti lomba tersebut, dimana juri-jurinya adalah penulis-penulis dari Sumbar yang luar biasa. Dan sekali lagi Laila mengukir prestasi dengan menyabet juara pertama. 

Betapa bangga guru dan orang tuanya. Sampai-sampai Umi Laila mencari koran yang menerbitkan pengumuman lomba menulis tersebut dengan foto Laila di sana.

Dan sepak terjang Laila di dunia tulis menulis terus berlanjut, hingga ia masuk ke bangku kuliah di kota Pekanbaru. 

Di kampus ada sebuah organisasi namanya LPM Gagasan. Ini merupakan lembaga pers Mahasiswa yang berada di dunia penulisan. Walaupun sempat dilema dengan banyaknya organisasi yang ingin diikutinya, akhirnya hati Laila berlabuh di LPM Gagasan.

Di awal masuk banyak ujian yang harus dilewatinya. Baik suka maupun duka, ya dunia penulisan bukanlah dunia yang mudah. Namun itu semua ia lalui tentunya dengan semangat dan dukungan dari diri sendiri, orang tua, guru, teman-teman dan spesial pembaca. Karena hal itu semua merupakan motivasi yang sangat berharga baginya.

Bagi perempuan yang menyukai warna merah ini, menulis itu ialah seolah kita menitipkan kisah kita lewat tulisan, tidak hanya itu saja menulis juga merupakan salah satu alternatif  baginya dalam menyampaikan keresahan-keresahan yang ia alami. 

Kata Salman Arista, ‘Ketika kamu menjadi penulis, jangan cengeng’. Kata-kata ini juga merupakan salah satu motivasi Laila dalam menulis. Bagi Laila nikmatilah menulis itu, jangan mengharapkan fee, kejarlah karya terbaik.

‘Bisa karena terbiasa’ adalah moto hidup Laila. Ia berkeinginan membuat buku sendiri, dan di tahun 2018 dan 2019 ia telah mempunyai buku bersama teman-temannya. Hingga saat ini ia telah menjadi Pimpinan Umum di LPM Gagasan berkah buah dari kerja kerasnya. Dan akan terus berlanjut hingga entah sampai kapan. 

Semangat berkarya Laila, tekatku. 




@sitinurlailalubis



1 komentar: