Hijrah Versi Aku. (Part. 2)
Aku lanjut ke SMA negeri, dan tentu saja sekali lagi sama seperti di SD. Tidak ada mata pelajaran yang spesial. Hanya saja pelajaran-pelajaran yang makin luar biasa.
Awal SMA, aku berpikiran ingin menjadi siswa biasa. Maksudnya gimana?
Iya, penampilan biasa dengan jilbab shifon tipis yang hits pada waktu itu, jadi anak OSIS yang famous dan dikenal guru, dan terakhir masuk tim paskibraka sekolah. That’s my goals.
Dan jika masuk di sekolah negeri, untuk pakaian biasanya lama dibagikan. Jadi aku masih memakai baju SMP ku yang dikenal orang sebagai sekolah anak pinter, berprestasi, dan agamis tentunya. Berbeda ketika bersekolah di swasta yang dalam hal pembagian pakaian akan diterima dengan cepat sebelum masuk sekolah.
Saat pengenalan organisasi-organisasi sekolah, dengan sigap aku memperhatikan secara seksama kakak OSIS yang memandu di depan panggung. Karena aku akan mengambil formulir OSIS dan Paskibraka. Dan ya, kami satu angkatan dikumpulkan di dalam aula yang ukurannya pas-pasan dengan suasana yang panas.
Setelah pengenalan beberapa organisasi sekolah, akhirnya tibalah organisasi selanjutnya. Yakni ROHIS atau organisasi kerohanian Islam. Dan aku baru tahu kalau ada ROHIS di SMA ku.
Ketika kakak-kakak ROHIS memasuki ruangan aula yang panasnya luar biasa itu, tiba-tiba saja hatiku sejuk. Aku terpaku. Maasya Allah, ini orang-orang yang luar biasa. Dengan tersenyum mereka menyapa kami semua, para anak baru.
Dikenalkanlah kami dengan all about ROHIS. Dan aku, aku tentu saja menyimak karena rasa penasaran yang bergejolak.
Dan tanpa kusadari, pikiran-pikiran aku tadi yang mau jadi siswa biasa, masuk OSIS, masuk Paskibraka, tiba-tiba hilang. Entah kemana.
Selesai mereka memperkenalkan ROHIS kepada kami, tibalah pembagian formulir. Dengan semangat aku meminta formulir yang ada. Kupandangi kertas itu, aku masih tak percaya atas apa yang kulakukan. Aku mau jadi anak ROHIS.
Beberapa hari kemudian dengan beberapa temanku yang juga mendaftar ROHIS, kami mendatangi musholla untuk mengantar kembali formulir yang telah kami isi. Sekali lagi dengan ramah kakak-kakak ROHIS menyambut kami.
Waaah, kalau ingat dulu itu rasanya indah sekali.
Finally, jadilah aku anak ROHIS di sekolah.
Aku anak Rohis, selalu optimis
Bukannya sok narsis, kami memang manis
Seketika lagu ini terngiang-ngiang di telingaku.
Disini aku belajar, betapa indahnya ukhuwah Islamiyah, indahnya memperdalam ilmu agama, belajar berorganisasi yang baik, dan bagaimana memanajemen waktu. Banyak sekali hal positif yang telah aku dapatkan di ROHIS.
Dan menjadi anak Rohis adalah salah satu anugerah terindah di dalam hidupku.
Ketika aku akhirnya lulus dan Alhamdulillah melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Sekali lagi aku dipertemukan dengan saudara-saudara se iman yang luar biasa. Yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan, dan tentu saja ukhuwah ini bernama Rohis.
Sekarang aku adalah muslimah yang sudah mengenakan cadar, namun aku bukanlah orang yang sudah tinggi ilmunya, paling benar akhlaknya, tidak.
Aku masih seorang pembelajar yang terus berusaha memperbaiki diri, yang masih harus selalu diingatkan, dan ingin mendekat kepada sang Rabbi.
Tidak ada komentar